MENGENANG TATANG KOSWARA
SANG SNIPER KELAS DUNIA LAIN
Sisi lain TNI yang menbuat
tetap bangga punya TNI penjaga NKRI"
Mengenang Tatang Koswara,
Sniper Kelas Dunia yang Kebal Segala Bisa Ular dan Lihai Bertempur
Penulis Krisantus de Rosari
Binsasi -30 Maret 2020.
Almarhum Tatang Koswara,
sang sniper kelas dunia yang ikut bertempur melawan fretilin di Timor Timur.
JAKARTA – Nama lengkapnya
adalah Habib Abdurrahman. Namun dalam dunia militer Indonesia, ia lebih di
kenal sebagai Tatang Koswara. Tatang yang akhirnya pesiun sebagai Peltu (Purn)
TNI ini adalah salah satu penembak jitu atau sniper terbaik di dunia.
Dalam buku Sniper Training,
Techniques and Weapons (2000) yang ditulis Peter Brookesmith, Tatang masuk 14
besar dalam urutan Sniper’s Roll of Honour di dunia. Tatang mencetak rekor 41
di bawah Philip G Morgan (5 TH SFG (A) MACV-SOG) dengan rekor 53, dan Tom
Ferran (USMC) dengan rekor 41. Tatang memperoleh rekor tersebut dalam perang di
Timor Timur (Tim-Tim, kini Timor Leste) pada 1977-1978.
Deretan kisah hebat selama
bertugas di Tim-Tim tetap terpatri sebagai kenangan yang membanggakan bagi
sosok dari tanah Sunda ini. Di bawah komando Letnan Kolonel Edi Sudrajat,
Tatang menjadi sniper yang masuk ke jantung pertahanan musuh di daerah Remexio,
Lautem, Viqueque, Aileu, Becilau, dan Bobonaro.
Kebal segala bisa ular
Selain lihai dalam menembak,
Tatang yang saat itu masih berpangkat Sersan Satu (Sertu), ternyata memiliki
kekebalan terhadap segala jenis bisa ular. Hal terkuak saat ia bertempur
bersama Letnan Ginting, seorang pengawal dari Kopassus di pegunungan Remexio,
yang terletak sekitar 30 km dari kota Dili (Ibukota Timor Leste sekarang).
Kala itu untuk menghindari
tembakan membabi buta dari pasukan ratusan pasukan Fretilin, ia dan Letnan
Ginting bersembunyi di pinggir tebing curam yang penuh duri dan banyak ular.
Tapi untuk bertemu ular,
tidak masalah bagi Tatang karena dirinya memiliki ilmu kebal semua bisa ular.
Artinya ia bisa menyingkirkan ular itu dengan mudah tanpa harus membuat Ginting
terganggu.
Penilaian Tatang ternyata
tepat esok harinya posisi ketinggian yang disarankan Ginting untuk mengendap
ternyata diperiksa patroli musuh yang jumlahnya ratusan.
Untuk memecah perhatian
lawan Tatang lalu mengontak Kolonel Edi Sudrajat dengan radio agar pasukan TNI
yang sedang berpatroli menyerang pasukan Fretilin itu dari sisi timur. Tak
berapa lama tembakan gencar pun meletus dari arah timur dan kelompak pasukan
Fretilin di depan Tatang mulai pecah perhatiannya.
Setelah melakukan
perhitungan cermat bahwa musuh sudah berada di atas 300 meter jaraknya, Tatang
pun mulai membidik dan satu persatu musuh potensial yang memegang senjata
otomatis dengan senapan Winchester M-70 andalannya. Tembakan jitu Tatang,
semuanya menghantam kepala musuh pada jarak tembak 300 hingga 600 meter.
Diam-diam Letnan Ginting
meneropong sekaligus menghitung sasaran yang berhasil dijatuhkan dan sedikitnya
49 musuh berhasil dirobohkan.
Hasilnya, hari itu misi
tempur sukses karena musuh melarikan diri. Dari 50 butir peluru yang dibawa
Tatang tinggal satu butir peluru yang tetap dibawanya kembali menuju ke markas.
Kelabui musuh dengan sepatu
terbalik
Tak cuma jago membidik
lawan, ia juga pintar mengelabui musuh. Tatang menciptakan sepatu yang memiliki
alas dalam posisi terbalik. Maklum Tatang berasal dari daerah Cibaduyut,
Bandung yang terkenal dengan industri pembuatan sepatu.
Dengan sepatu yang alasnya
sengaja diciptakan terbalik itu, jika Tatang sedang bergerak maju makan tapak
kakinya justru bergerak ke arah sebaliknya.
Pernah ia dikejar-kejar lima
personel pasukan musuh tapi mereka berhasil terkecoh. Tatang cukup melompat dan
bersembunyi di semak, sementara para pengejar saya berlari-lari menuju arah
yang berlawanan.
Di samping lihai
bersembunyi, Tatang ternyata juga mahir melacak jejak. Khusus korban yang
berhasil ditembak di kepala biasanya darah yang berceceran di tanah ada
campuran warna putih karena berasal dari cairan otak. Sedangkan, jika darah
berwarna merah dan jumlahnya banyak, korban biasanya kena di bagian dada.
Sang sniper legendaris
tersebut telah berpulang pada 3 Maret 2015 silam akibat serangan jantung. Meski
banyak berjasa dalam perang di Tim-Tim, ia selalu menekankan bahwa
perjuangannya dalam perang di sana adalah demi tegaknya NKRI dan bukan untuk
mencari pangkat dan penghargaan.
Tenang dan Bahagialah di
surga abadi Pak Tatang. Namamu selalu terkenang dalam sejarah Indonesia!