MENCARI SEBAB YANG
BAIK DAN BENAR
Peristiwa
yang kita lalui hakikatnya ada hikmah baik yang kita sadari ataupun tidak serta
lepas dari yang kita rencanakan ataupun tidak kita rencanakan. Apalagi kita
hidup itu tidak statis dalam artian tidak selalu suka terus ataupun duka terus
melainkan ada suka dan duka, yaa itulah kehidupan penuh dengan lika liku,
misteri, rahasia. Sejatinya kehidupan kita itu suatu mekanisme dan pasti sudah
ada hukumnya berupa sebab akibat. Keterbatasan, ketidakmampuan ataupun belum
sampainya ilmu kita ke taraf tersebut yang menyebabkan menjadi penghalang bagi
saya.
Berkaitan
dengan mekanisme itu sangat menarik karena sudah terkait dengan hukum alam,
sudah terancang, sudah terumus dan tidak meleset sedikitpun dari ketentuan yang
sudah ditetapkan. Tidak ada satu mahlukpun yang akan luput, yang akan menolak,
yang akan menawar ataupun yang akan menghindar kerena ini suatu keniscayan yang
pasti akan kita hadapi lepas kita bisa terima ataupun tidak. Hukum alam
tersebut diatas inilah yang saya sebut sebagai Sunnatullah.
Apa
yang kita lakukan akan berbalik kepada kita. Kita melakukan kebaikan maka
kebaikan itu untuk diri kita begitu pula sebaliknya. Jadi jangan ada anggapan
kita berbuat jahat kepada orang lain dan yang akan kita dapatkan adalah
keuntungan. Loohh bukannya keuntungan, jika kasusnya seperti ini... sebagai
contoh: jika ada orang mencuri hanphone milik orang lain, artinya orang yang dicuri itu mengalami kerugian karena kehilangan
hp, sementara bagi pencuri, itu merupakan keuntungan karena mendapatkan hp tanpa
membeli. Bukannya itu artinya yang berbuat jahat akan mendapatkan keuntungan? Hehehe
bisa gawat dong jika demikian. Dalam menjalani hidup kita harus punya pedoman,
pegangan, acuan, tolak ukur berupa aturan, hukum ataupun supremasi hukum
tertinggi. Terkait saya muslim, maka
supremasi hukum yang saya gunakan adalah Al-Quran. Acuan inilah yang akan
menjadi pedoman hidup bagi kita. Perlu adanya mind set yang sama akan sesuatu
kejadian yang sama. Jadi semuanya dimulai secara bersamaan dan terstandar sama.
Pada kasus di atas terjadi karena tidak memakai standar yang sama. Si pencuri
mempunyai standar “ bahwa mencuri itu menguntungkan” pencuri memakai standar
versi dia sendiri dan bukan standar yang disepakati. Jika semua orang memakai
standar sendiri-sendiri wahhh bisa runyam kehidupan ini. Keuntungan yang
didapat pencuri itu akan berbalik menjadi malapetaka jika ada pertanyaan “
hartamu didapat dari mana dan dibelanjakan kemana?” belum menyangkut masalah
yang lain seperti: Untuk apa umurmu dihabiskan? Untuk apa ilmu-mu diamalkan? Untuk apa
badan-mu digunakan? Dan lain-lain Hehehe kalau dibahas satu persatu waahh cukup
panjang niihh.. next time deh sambil dicicil.
Ada sebab ada akibat, jadilah akibat
yang baik dari sebab. Untuk mendapat akibat yang baik pastinya sebabnya juga harus
baik. Intisarinya bebuatlah hal-hal yang baik (benar) yang sesuai pedoman
(Al-Quran) jadi jangan terjebak. Sebagai contoh; kita sudah berbuat baik dalam
kehidupan sehari-hari tapi disatu sisi kita menuhankan yang bukan Tuhan
sesungguhnya (Allah SWT) naahh ini masih belum berbuat baik sepenuhnya artinya.
Waahh kalau begitu harus berbuat baik dan benar secara keseluruhan dong... yup,
tepat sekali “ Muslim yang Kaffah” yuk kita muali dari diri sendiri, kita mulai
dari yang kecil dan kita mulai saat ini mengutip dari perkataan Aa Gym Bismillah...
0 komentar:
Posting Komentar