PALU

Jumat, 11 Oktober 2019

PALU

Kita tentunya sudah tidak asing lagi mendengar kata PALUyaa benar, palu adalah alat pemukul biasanya digunakan untuk memukul paku. Tapi yang saya akan tulis disini bukanlah sebagai alat pemukul, melainkan benar satu Kota yang berada di Provinsi Sulawesi Tengah. Saya juga masih yakin, para pembacapun juga mengetahui untuk kata PALU yang saya maksud diatas. Kira-kira apa yang apa yang ada di benak pembaca terkait kata palu? gempa, tsunami, potobo, Donggala, likuifaksi dan sebagainya.. yup benar sekali.

Alhamdulillah pada tanggal 16-18 Oktober 2019 kami (saya, Rachmat dan aki) berkesempatan mengunjungi Kota Palu dan hal ini memang sudah saya tunggu-tunggu. Yang mendorong saya sangat ingin berkunjung kesana adalah rasa penasaran saya akan kejadian pada tanggal 28 september 2018, yaitu kejadian gempa, tsunami dan likuifaksi serta untuk mengambil pelajaran (ibroh) dari kejadian tersebut.

Adapun agenda saya kesana adalah dalam rangka rekruitmen peserta pelatihan boarding di BBPLK Bekasi. Untuk kota palu sendiri sudah kali yang ketiga dilaksanakan perekrutan teramsuk yang kami lakukan hari ini. Untuk peserta tes rekruitmen hari ini berjumlah sekitar 27 calon peserta, sedang kuota untuk Kota plau sebanyak 12 peserta yang akan dilatih di BaBPLK Bekasi artinya ada 15 orang yang belum bisa mengikuti pelatihan tersebut. Untuk program yang diambil adalah: untuk kejuruan Teknologi informasi Kumunikasi (TIK) dengan program Computer Technician Support (CTS) sedang untuk kejuruan Elektro adalah: audio video dan V-sat. untuk masing-masing program sebanyak empat peserta yang direkrut. Proses perekrutan berjalan dengan baik dan sesuai rencana. Adapun test yang diujikan berupa matematika dasar  dengan metode test tertulis dan wawancara. Pelaksaan tes berlangsung dari pukul 08:00-15:00 waktu Indonesia Timur (WIT) pada hari kedua tanggal 17 Oktober hari kamis. Setelah tes selesai kamipun balik ke penginapan di Paramasu Hotel.


Paramasu Hotel
Jumat 18 Oktober 2019 adalah hari terakhir kami di Kota Palu. Sebelum meninggalkan Kota Palu, kami menyempatkan diri mampir ke wilayah yang dilanda gempa, tsunami dan likuifaksi. Adapun tujuan pertama kami adalah Pantai Talise. Menurut informasi Pukul 17.02 WIB, gempa bermagnitudo 7,4 mengguncang Kota Palu dan Donggala. Pusat gempa ada pada kedalaman 10 km, jaraknya ada di 27 km sebelah timur laut Donggala. Saking kencangnya getaran itu, kursi dan meja orang-orang di Kabupaten Gowa sampai bergetar, padahal Kabupaten Gowa berjarak sekitar 780 km dari Kota Palu.




Pantai Talise
Gara-gara Sesar Palu-Koro yang menggeliat ini, jembatan di dekat Pantai Talise patah. Kubah Masjid Baiturrahman yang berwarna hijau juga ikut roboh. Hotel Roa-roa roboh menimbun orang-orang di dalamnya.

Tsunami
Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mengaktivasi peringatan dini tsunami, status siaga untuk pantai Donggala barat dan waspada untuk Donggala utara, Mamuju, dan Kota Palu bagian barat. Tsunami setinggi hampir 6meter dengan kecepatan 800 km/jam menerjang Pantai Talise, ketinggian ombak meraih baliho tinggi dekat pantai. Orang-orang kalang-kabut, jerit kepanikan memekik. Yang berhasil mencapai bangunan tinggi dan cukup kuat bisa selamat, misalnya di Palu Grand Mall. Bahkan rekaman video dari Palu Grand Mall viral di media sosial. Namun banyak sekali yang menjadi korban jiwa keganasan gelombang dari laut itu. Bangunan-bangunan luluh-lantak, listrik mati, saluran telekomunikasi terputus. Air laut naik hingga mencapai Lantai 2 Hotel Mercure, Palu.





Likuifaksi
kunjungan kami kedua yaitu ke daerah Balaroa. Selain gempa dan tsunami, masyarakat juga dikejutkan dengan fenomena likuefaksi yang menerjang wilayah Petobo dan Balaroa, Palu Gempa tak hanya diikuti gelombang laut raksasa, tapi juga fenomena tanah bergerak. Sejak saat itu, orang-orang di seantero negeri membicarakan fenomena itu, namanya adalah likuifaksi. Bangunan dan pohon di kawasan itu bergerak dan amblas. Salah satu daerah yang terkena likifaksi adalah balaroa.






Kondisi Balaroa akibat likuifaksi. Foto: dok pribadi dan detikcom

Lajut ke perjalanan berikutnnya adalah ke Daerah Potobo. Sama halnya dengan Balaroa Saat itu, tanah di permukiman warga berubah menjadi lumpur layaknya cairan dan kehilangan kekuatannya. Fenomena ini sendiri dapat terjadi jika terdapat material lepas berupa pasir dan lanau yang berada di bawah muka air tanah yang memungkinkan ruang pori antar butir terisi air. Kemudian, tanah yang terlikuifaksi tidak dapat menahan berat apapun yang berada di atasnya, baik itu berupa lapisan batuan di atasnya maupun bangunan yang akhirnya mengakibatkan hilangnya daya dukung pada pondasi bangunan. Akibatnya, wilayah seluas 180,6 hektar di Petobo mengalami kehancuran luar biasa. Di wilayah Petobo sendiri, likuefaksi mengakibatkan 2.050 bangunan mengalami kerusakan. Bencana gempa, tsunami, serta likuefaksi yang terjadi dalam waktu satu hari ini menimbulkan banyak korban jiwa. Setidaknya tercatat ada 2.086 korban meninggal dunia, 671 orang hilang, dan 10.679 jiwa luka berat. Tercatat pula, sebanyak 82.775 warga mengungsi di sejumlah titik. Tak hanya itu, sebanyak 67.310 rumah dan 2.736 sekolah rusak. Serta terdapat 20 fasilitas kesehatan dan 12 titik jalan rusak berat.




Petobo

Walaupun kejadin sudah satu tahun berlalu tapi tetap saja meninggalkan bekas-bekas kejadian yang luar biasa. Dari mulai sekiling wilayah Pantai Talise rata-rata pada hancur dan sisa-sia puing masih berserakan walaupun sudah ditindaklanjuti. Terlihat disini ada jembatan Ponulele di Kota Palu yang hancur luluh dan tersisa hanya kolom-kolomnya saja. Padahal jembatan ini menjadi icon Kota palu. Begitu pula Balaroa dan Potobo sama masih hancur luluh bahkan untuk wilayah Potobo sendiri sudah ada larangan untuk mendirikan bagunan di area likuifaksi tersebut. Setelah keliling disekitar kota Palu dan sekitarnya lalu kamipun kembali ke penginapan untuk mempersiapkan kemas-kemas barang untuk cek out hotel.






Setelah sholat Jumat, makan siang dan sebagainya lalu kamipun menuju Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie untuk agenda pulang. Bandara tersebut juga merupakan benar satu yang terkena dampak dari gempa. Bandara Mutiara Sis Al Jufri Palu sempat ditutup gara-gara gempa itu. Menara Air Traffic Controler (ATC) rusak, lantai empatnya rubuh. Landasan pacu retak 500 meter. Bahkan ada kejadian yang menyatakan Seorang petugas ATC bernama Anthonius Gunawan Agung bertahan di menara saat gempa berguncang, demi memandu pesawat Batik Air untuk lepas landas. Seketika tugasnya ditunaikan, dia melompat dari menara lantai empat. Dia mengalami luka-luka dan nyawanya tak tertolong saat hendak dilarikan ke rumah sakit. Kembali ke topik, jadwal penerbangan kami sore hari menggunakan Maskapai Garuda dan merupakan penerbagan transit di Makasar (unjung Pandang Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin).

Itulah perjalanan saya ke Kota Palu dan merupakan perjalanan yang saya nantikan. Alhamdulillah saya dikasih kesempatan untuk berkunjung ketempat tersebut. Tentunya banyak yang dapat di ambil pelajaran dari kejadian tersebut dan merupakan bukti nyata kisah nyata bahwa manusia itu lemah dan tidak ada kekutan uantuk menolak takdir yang sudah ditentukan. Maha Besar Allah dari apa yang kita prasangkakan. Terkadang dalam bathinku bertanya.. apa yang melatar belakangi kajadian tersebut dan apa arti semua ini. Yaa.... sejujurnya memang begitulah adanya. Kejadian demi kejadian yang kadang sulit untuk diterima logika beberapa kali mampir dalam kehidupan ini. Ambilah hikmah dari kejadian tersebutdan jangan berburuk sangka kepada Allah karena AKU sesuai persangkaan hambaKU.






0 komentar: