PALU
Kita tentunya sudah tidak asing lagi mendengar kata “PALU”yaa benar,
palu adalah alat pemukul biasanya digunakan untuk memukul paku. Tapi yang saya
akan tulis disini bukanlah sebagai alat pemukul, melainkan benar satu Kota yang
berada di Provinsi Sulawesi Tengah. Saya juga masih yakin, para pembacapun juga
mengetahui untuk kata PALU yang saya maksud diatas. Kira-kira apa yang apa yang
ada di benak pembaca terkait kata palu? gempa, tsunami, potobo, Donggala,
likuifaksi dan sebagainya.. yup benar sekali.
Alhamdulillah pada tanggal 16-18 Oktober 2019 kami (saya, Rachmat
dan aki) berkesempatan mengunjungi Kota Palu dan hal ini memang sudah saya
tunggu-tunggu. Yang mendorong saya sangat ingin berkunjung kesana adalah rasa
penasaran saya akan kejadian pada tanggal 28 september 2018, yaitu kejadian
gempa, tsunami dan likuifaksi serta untuk mengambil pelajaran (ibroh) dari
kejadian tersebut.
Adapun agenda saya kesana adalah dalam rangka rekruitmen
peserta pelatihan boarding di BBPLK Bekasi. Untuk kota palu sendiri sudah kali
yang ketiga dilaksanakan perekrutan teramsuk yang kami lakukan hari ini. Untuk peserta
tes rekruitmen hari ini berjumlah sekitar 27 calon peserta, sedang kuota untuk
Kota plau sebanyak 12 peserta yang akan dilatih di BaBPLK Bekasi artinya ada 15
orang yang belum bisa mengikuti pelatihan tersebut. Untuk program yang diambil
adalah: untuk kejuruan Teknologi informasi Kumunikasi (TIK) dengan program
Computer Technician Support (CTS) sedang untuk kejuruan Elektro adalah: audio
video dan V-sat. untuk masing-masing program sebanyak empat peserta yang
direkrut. Proses perekrutan berjalan dengan baik dan sesuai rencana. Adapun
test yang diujikan berupa matematika dasar dengan metode test tertulis dan wawancara. Pelaksaan
tes berlangsung dari pukul 08:00-15:00 waktu Indonesia Timur (WIT) pada hari
kedua tanggal 17 Oktober hari kamis. Setelah tes selesai kamipun balik ke
penginapan di Paramasu Hotel.
![]() |
Paramasu Hotel |
Jumat 18 Oktober 2019 adalah hari terakhir kami di Kota Palu.
Sebelum meninggalkan Kota Palu, kami menyempatkan diri mampir ke wilayah yang dilanda
gempa, tsunami dan likuifaksi. Adapun tujuan pertama kami adalah Pantai Talise.
Menurut informasi Pukul 17.02 WIB, gempa bermagnitudo 7,4 mengguncang Kota Palu
dan Donggala. Pusat gempa ada pada kedalaman 10 km, jaraknya ada di 27 km
sebelah timur laut Donggala. Saking kencangnya getaran itu, kursi dan meja
orang-orang di Kabupaten Gowa sampai bergetar, padahal Kabupaten Gowa berjarak
sekitar 780 km dari Kota Palu.
Gara-gara Sesar Palu-Koro yang menggeliat ini, jembatan di dekat Pantai Talise
patah. Kubah Masjid Baiturrahman yang berwarna hijau juga ikut roboh. Hotel
Roa-roa roboh menimbun orang-orang di dalamnya.
Tsunami
Badan Metereologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG)
mengaktivasi peringatan dini tsunami, status siaga untuk pantai Donggala barat
dan waspada untuk Donggala utara, Mamuju, dan Kota Palu bagian barat. Tsunami
setinggi hampir 6meter dengan kecepatan 800 km/jam menerjang Pantai Talise,
ketinggian ombak meraih baliho tinggi dekat pantai. Orang-orang kalang-kabut,
jerit kepanikan memekik. Yang berhasil mencapai bangunan tinggi dan cukup kuat
bisa selamat, misalnya di Palu Grand Mall. Bahkan rekaman video dari Palu Grand
Mall viral di media sosial. Namun banyak sekali yang menjadi korban jiwa
keganasan gelombang dari laut itu. Bangunan-bangunan luluh-lantak, listrik
mati, saluran telekomunikasi terputus. Air laut naik hingga mencapai Lantai 2
Hotel Mercure, Palu.
Likuifaksi
kunjungan kami kedua yaitu ke daerah Balaroa. Selain gempa dan tsunami, masyarakat juga dikejutkan dengan fenomena likuefaksi yang menerjang wilayah Petobo dan Balaroa, Palu Gempa tak hanya diikuti gelombang laut raksasa, tapi juga fenomena tanah bergerak. Sejak saat itu, orang-orang di seantero negeri membicarakan fenomena itu, namanya adalah likuifaksi. Bangunan dan pohon di kawasan itu bergerak dan amblas. Salah satu daerah yang terkena likifaksi adalah balaroa.
kunjungan kami kedua yaitu ke daerah Balaroa. Selain gempa dan tsunami, masyarakat juga dikejutkan dengan fenomena likuefaksi yang menerjang wilayah Petobo dan Balaroa, Palu Gempa tak hanya diikuti gelombang laut raksasa, tapi juga fenomena tanah bergerak. Sejak saat itu, orang-orang di seantero negeri membicarakan fenomena itu, namanya adalah likuifaksi. Bangunan dan pohon di kawasan itu bergerak dan amblas. Salah satu daerah yang terkena likifaksi adalah balaroa.
Kondisi Balaroa akibat likuifaksi. Foto: dok pribadi dan detikcom
Lajut ke perjalanan berikutnnya adalah ke Daerah Potobo. Sama
halnya dengan Balaroa Saat itu, tanah di permukiman warga berubah menjadi
lumpur layaknya cairan dan kehilangan kekuatannya. Fenomena ini sendiri dapat
terjadi jika terdapat material lepas berupa pasir dan lanau yang berada di
bawah muka air tanah yang memungkinkan ruang pori antar butir terisi air.
Kemudian, tanah yang terlikuifaksi tidak dapat menahan berat apapun yang berada
di atasnya, baik itu berupa lapisan batuan di atasnya maupun bangunan yang
akhirnya mengakibatkan hilangnya daya dukung pada pondasi bangunan. Akibatnya,
wilayah seluas 180,6 hektar di Petobo mengalami kehancuran luar biasa. Di
wilayah Petobo sendiri, likuefaksi mengakibatkan 2.050 bangunan mengalami
kerusakan. Bencana gempa, tsunami, serta likuefaksi yang terjadi dalam waktu
satu hari ini menimbulkan banyak korban jiwa. Setidaknya tercatat ada 2.086
korban meninggal dunia, 671 orang hilang, dan 10.679 jiwa luka berat. Tercatat
pula, sebanyak 82.775 warga mengungsi di sejumlah titik. Tak hanya itu, sebanyak
67.310 rumah dan 2.736 sekolah rusak. Serta terdapat 20 fasilitas kesehatan dan
12 titik jalan rusak berat.
Walaupun kejadin sudah satu tahun berlalu tapi tetap saja meninggalkan bekas-bekas kejadian yang luar biasa. Dari mulai sekiling wilayah Pantai Talise rata-rata pada hancur dan sisa-sia puing masih berserakan walaupun sudah ditindaklanjuti. Terlihat disini ada jembatan Ponulele di Kota Palu yang hancur luluh dan tersisa hanya kolom-kolomnya saja. Padahal jembatan ini menjadi icon Kota palu. Begitu pula Balaroa dan Potobo sama masih hancur luluh bahkan untuk wilayah Potobo sendiri sudah ada larangan untuk mendirikan bagunan di area likuifaksi tersebut. Setelah keliling disekitar kota Palu dan sekitarnya lalu kamipun kembali ke penginapan untuk mempersiapkan kemas-kemas barang untuk cek out hotel.
![]() |
Petobo |
Walaupun kejadin sudah satu tahun berlalu tapi tetap saja meninggalkan bekas-bekas kejadian yang luar biasa. Dari mulai sekiling wilayah Pantai Talise rata-rata pada hancur dan sisa-sia puing masih berserakan walaupun sudah ditindaklanjuti. Terlihat disini ada jembatan Ponulele di Kota Palu yang hancur luluh dan tersisa hanya kolom-kolomnya saja. Padahal jembatan ini menjadi icon Kota palu. Begitu pula Balaroa dan Potobo sama masih hancur luluh bahkan untuk wilayah Potobo sendiri sudah ada larangan untuk mendirikan bagunan di area likuifaksi tersebut. Setelah keliling disekitar kota Palu dan sekitarnya lalu kamipun kembali ke penginapan untuk mempersiapkan kemas-kemas barang untuk cek out hotel.
Setelah sholat Jumat, makan siang dan sebagainya lalu kamipun
menuju Bandar Udara Mutiara SIS Al-Jufrie untuk agenda pulang. Bandara tersebut
juga merupakan benar satu yang terkena dampak dari gempa. Bandara Mutiara Sis
Al Jufri Palu sempat ditutup gara-gara gempa itu. Menara Air Traffic Controler
(ATC) rusak, lantai empatnya rubuh. Landasan pacu retak 500 meter. Bahkan ada kejadian
yang menyatakan Seorang petugas ATC bernama Anthonius Gunawan Agung bertahan di
menara saat gempa berguncang, demi memandu pesawat Batik Air untuk lepas
landas. Seketika tugasnya ditunaikan, dia melompat dari menara lantai empat.
Dia mengalami luka-luka dan nyawanya tak tertolong saat hendak dilarikan ke
rumah sakit. Kembali ke topik, jadwal penerbangan kami sore hari menggunakan Maskapai
Garuda dan merupakan penerbagan transit di Makasar (unjung Pandang Bandar Udara
Internasional Sultan Hasanuddin).
Itulah perjalanan saya ke Kota Palu dan merupakan perjalanan
yang saya nantikan. Alhamdulillah saya dikasih kesempatan untuk berkunjung
ketempat tersebut. Tentunya banyak yang dapat di ambil pelajaran dari kejadian
tersebut dan merupakan bukti nyata kisah nyata bahwa manusia itu lemah dan
tidak ada kekutan uantuk menolak takdir yang sudah ditentukan. Maha Besar Allah
dari apa yang kita prasangkakan. Terkadang dalam bathinku bertanya.. apa yang
melatar belakangi kajadian tersebut dan apa arti semua ini. Yaa.... sejujurnya
memang begitulah adanya. Kejadian demi kejadian yang kadang sulit untuk
diterima logika beberapa kali mampir dalam kehidupan ini. Ambilah hikmah dari kejadian
tersebutdan jangan berburuk sangka kepada Allah karena AKU sesuai persangkaan
hambaKU.
0 komentar:
Posting Komentar