Sabtu 15
September 2012
Ibunda Tercinta
Pada hari
sabtu tanggal 15 September 2012 kami keluarga Syahmi (Singgih, Ambar, Fikri dan Faris) berkunjung
ke rumah Eyang. Saat itu suasana rumah Eyang sedang di renovasi diantara renovasi
tersebut adalah mengganti closet jongkok dengan closed duduk, dengan maksud
mempermudah Eyang, mengganti keramik-keramik yang terangkat terutama di
belakang dan ruang tamu serta mencat kusen ruang tamu. Kami disini menginap sehari
hingga hari ahad. Tapi sayang di hari Ahadnya Eyang waktunya tidak banyak di
karenakan hari Ahad pagi akan ke Jawa bersama Mba Ani dengan menggunakan pesawa
karena ada acara hajatan anaknya Bulek Plumbon. Begitu Eyang sudah berangkat
bersama Mba Ani, suasanapun menjadi sepi, hingga akhirnya kamipun pulang ke
Bekasi.
Aktifitas
berjalan dengan rutin baik di Bekasi kecuali di Pasar Minggu karena ibunda saya
posisi sedang di Jawa. Saaat ibunda sedang di Jawa kadang terbesit ingin
menelpon ibu tapi entah kenapa tidak terlaksana hingga akhirnya ibunda samapi
rumah Pasar Minggu kembali pada hari Sabtu tanggal 22 September 2012 . adapun
ibunda di jemput oleh Mba Ani yang
memang sedang dinas di Yogyakarta. Sabtu sore saya sms Aprin untuk menanyakan
ibu sudah datang atau belum. Dan dibalas belum datang, trus saya sms lagi,
nanti kasih kabar jika ibu sudah datang. Sore hari ibunda sayapun sudah sampai
Pasar Minggu dan Apin pun sms saya. Belum sempat saya balas karena saat itu
saya dan keluarga sedang mencari makanan di Taman Alamanda untuk makan malam berikut
ini isi smsmnya
“ ia, ni sedang di luar beli makan untk malam.
Insya Allah ren bsok mau k ps mggu jk tdk ada halangan, mgkn lngsung plng sorex
“
Trus ada
sms Apin, entah mana yang lebih dahulu datangnya. Sms ini tertanggal 22
September 2012 jam 17:15 isinya
“ Ibu masih duduk di depan. Nanti ingn
nelp piqi, kasihan Ibu, td cerita tp nafasny agak narik2 napas, ngeliatny ibu
agak sedih “
Setelah
itu kurang lebih sekitar magrib atau jam enaman saya menelpon Apin dengan
maksud ingin berbicara dengan ibu, tapi ibu kala itu sedang tidur. Sekitar
pukul 20:06 an ibupun menelpon dengan menggunakan no Aprin dan saya terima
langsung saat saya terima telpon ibu langsung bicara
“ Piki ada… “
Saya jawab Ada..
sempat
kaget juga, biasanya ibu ngobrol-ngobrol terlebih dahulu dan tidak langsung
seperti ini lalu aku langsung kasih Piki handphonenya dan akhirnya ibu berbicara
dengan Piki, tidak terlalu lama trus sayapun berbicara dengan ibu intinya
“
Rencana Singgih ingin datang sabtu ini karena capek habis pasang plastic
karena baru pasang ac. Insya Allah besok Singgih ke Pasar Minggu “
Ahad 23
Septrember 2012
Hari yang
saya dan keluarga tunggu-tunggupun tiba. Keluarga saya pun dari pagi-pagi sudah
kemas-kemas untuk ke Pasar Minggu seperti biasanya kami menggunakan kereta
untuk ke Pasar Minggu. Kami berangkat dari rumah Bekasi pukul 8 pagi dan sampai
Pasar minggu sekitar pukul 10 pagi. Ini adalah kedatangan yang terpagi karena
memang sudah di niatkan dan di tunggu-tunggu. Di Pasar Minggu komplit, ada Ibu,
Mba Ani dan Aprin. Memang ada yang berbeda dengan biasanya saat kami sampai di
rumah Pasar Minggu. Biasanaya begitu
kami datang, Ibu/ Eyang langsung menghampiri dan menyambut dengan senang hati
tapi saat ini tidak demikian. Ibu hanya di kamar saja hingga akhirnya sayapun
menghampiri ibu yang sedang berbaring. Sayapun ngobrol-ngobrol dikamar dengan
ibu dan ditemani oleh Fikri dan Faris. Diantara yang ibu ceritakan adalah:
Kun sudah ada pembantu sekarang,
sekarang sedang ada di Jakarta katanya mau mampir. Intinya yang saya tangkap,
ibu senag kalau Kun sudah ada pembantu.
Sebenarnya
saya ingin masih berbincang-bincang dan tanya-tanya yang lain mengenai
aktifitas ibu di Jawa tapi sepertinya ibu sedang kecapaian. Fikri dan Faris pun
asyik becanda-canda didalam kamar Eyang, apalagi Faris yang bolak balik
memainkan kipas angin dekat tempat tidur Eyang dan sambil saya berkata:
Faris-Faris jangan. Ada yang membuat saya terkejut takala ibu cerita saat,
yaitu ibu berbicaranya sulit dan terpengal-pengal sambil menarik-narik nafas
yang terlihat agak susah. Terlihat sulit sekali selain itu waktu ibu tidurpun
nafasnnaya tersengal-sengal pula dan bagian perut dan dadanya turun naiknya agak
tinggi. Saat itu saya simpulkan ibu sedang kecapaian usai dari Jawa. Karena
biasanya memang seperti itu pengalaman-pengalaman sebelumnya setelah ibu dari
Jawa. Begitu ibu usai dari Jawa, ibu akan capai dan pernah juga tidak bisa
jalan. Begitu pula dengan hal ini. selain
hal diatas ada pula yang membuat saya kaget yaitu takala ibu sedang duduk di
tepi tempat tidur sementara tangan ibu yang kiri bertumpu pada kasur, tapi tumpuan tangan ibu tidak
kokoh dan gemetar. Saya kaget saat melihat hal itu, terbesit ingin saya menanyakan
tapi entah kenapa hanya berlalu saja dan tersimpulkan ibu memang sedang capai.
Sayapun
kadang datang ke kamar ibu, Selain hal
diatas, ibu juga dua kali menanyakan mengenai
waktu (jam). Pertama ibu bertanya.. kurang lebih sperti ini:
“sekarang jam setengah duabelas ya?”
Lalu aku melihat sekitar kamar, ternyata dikamar
jamnya mati di karenakan baterainya sudah habis dan aku melihat jam di ruang
tengah aku jawab jam sepuluh lewat. Atas dasar pertanyaan itu lalu saya
mengganti bateray jam yang sudah habis serta membersihkannya dan posisi jampun saya
pindahkan ke piosisi yang ibu bisa lihat saya bertanya pada ibu “
“taruh sini saja ya buu..
keliahatan? Ibu jawab sudah taruh situ saja gpp”
Dan takala
saya ke kamar ibu lagi ibupun bertanay kembali mengenai jam. Kurang lebih
seperti ini:
“sekarang jam setengah dua belas ya, lalu
saya jawab jam setengah dua.”
Kala itu
saya piker posisi jamnya masih jauh dan kurang jeklas untuk dilihat ibu, lalu
aku memindahkan posisi jam lebih dekat dengan ibu lagi. Ibu jawab”
di
sela-sela pembicaraan.. ibupun menyempatkan diri memberi sesuatu yaitu dua
amplop kecil yang berisi uang untuk Fikri dan Faris. Hingga menjelang sore ibu masih
rebahan ditempat tidur. Yang saya ingat ibu sekali saja ke belakang untuk buang
air dan sekitar jam empatan saya sholat Ashar pas saat sholat Ashar, Ambar
(Istriku) mendengar ibu saya memanggil
saya. Keterangan yang saya dapat dari Ambar yaitu: ibu pengen Sholat Ashar.
Mendekati jam lima sore saya pamitan untuk pulang ke Bekasi. Saya pamitan ke
ibu, tapi ibu sedang tidur berbaring kearah kanan. Takut mengganggu ibu, saya
nitip salam ke Mba ani untuk ibu: intinya Singgih sudah pulang jika ibu nanti
sudah bangun. Takala saya sudah sampai depan teras, saya masih penasaran (ibu
sudah bangun belum ya.. rasanya tidak enak jika Singgih pulang tapi ibu tidak
tahu) lalu saya mengajak istri dan anak-anak untuk kembali lagi ke kamar ibu
tapi ibu masih tidur takut mengganggu ibu, saya nitip salam saja untuk ibu ke Mba Ani dan Aprin bilang ke Ibu:
Singgih sudah pulang jika ibu nanti sudah bangun dan akhirnya Saya sekeluarga
pulang dengan menggunakan kereta KRL. Sampai rumah Bekasi sekitar jam 18.30 an
yang sebelumnya kami mampir ke pecel lele untuk makan malam di rumah. Sekitar
jam 19:09 Aprin telepon Singgih intinya
“memberitahu bahwa ibu susah untuk di bangunkan,
nanti akan di kabari lagi”
Pada jam 19:14 Mba Ani menelpon dan membertahu
mengenai ibu intinya
“ibu susah dibangunkan dan jika bisa
Singgih ke Pasar Minggu. Sayapun menyanggupinnya dan akan kesana”
Awalnya
saya ingin kesana sendiri dan menggunakan motor tapi saya pikir kenapa harus
sendiri kenapa tidak dengan keluarga apalagi kondisi ibu seperti sekarang.
Akhirnya saya kasih kabar istri untuk ikut juga ke Pasar Minggu. Saya bergegas
dari makan, mandi dan yang lainnya sambil menunggu taxi yang sudah saya pesan
via telpon. Begitu taxi datang sayapun
bergegas berangkat. Dalam perjalanan Mba Ani menelpon sekitar jam 20:17 dan
memberi kabar kalau
“ibu sudah meninggal dan posisi sekarang
sedang di Rumah Sakit Cilandak”
Sayapun
dalam perjalanan memberitahu kun, bahwasannya kalau ibu sudah tiada
saya juga mendapat telpon dari Bu
Darsono (Ibunya Toto, teman Ibu di rumah) memberitahu jika Ibu sudah meninggal
dan di suruh datang ke Pasar Minggu. Masih ada dua telpon lagi yaitu pada jam 21:11 jika tidak salah saya yang telpon dan 21:25
Mba Ani yang telpon. Saya lupa isinya jika tidak salah bekisar posisi Mba Ani masih
di Rumah Sakit Cilandak serta menayakan posisi Singgih. Sekitar jam 21 an Sayapun
sudah sampai rumah Pasar Minggu. Kondisi rumah pun sudah ramai banyak orang. Sedang
Ibu, Mba Ani dan Aprin belum sampai di rumah. Sayapun mengasih kabar Lek Harto,
Bulik Toto, dan Om Marjono. Orang jawa pun menelpon saya dan mereka menanyakan perihal
ibu mau dikubur dimana? Saya jawab belum tahu karena belum didiskusikan dengan
yang lainnya. Tak lama kemudian Kun datang, Ibu Mba Ani, Aprin dan Mas Yono.
Semua sudah kumpul di sini. Kamipun semua mempersiapkan untuk pemakaman
Ibu besok hingga larut malam dan satu
persatu kerabat pun ibu pada pulang. Hingga yang tertinggal keluarga kami.
Kamipun disini berkumpul dengan berbagai perasaan masing-masing yang ada di
benak masing-masing pula. Dapat dikatakan kamipun tidak tidur. Waktu subuhpun
datang dan usai sholat subuh Pak Yatiman (tetangga rumah) mampir ke rumah kami.
Hari semakin siang dan satu persatu mulailah berdatangan saudara, kerabat,
tetangga teman dan lain-lain.
Tahap demi
tahap berproses telah dilalui dari
pemandian, penempatan pemakaman, permohonan maaf bahkan ada perwakilan dari
kantor ibu atau Mba Ani yang memberikan komentar mengenai ibu. Hingga akhirnya
mejelang Sholat Lohor ibu di Sholatkan setelah Sholat Lohor di Mushola Nurul
Huda ( Mushola dekat rumah) setelah itu barulah dimakamkan di Pemakaman Tanjung
Barat. Setelah Pemakaman selesai dan para pelayatpun pulang ke rumah masing-masing
hingga yang tersisa keluarga kami empat saudara (Mba Ani, Singgih, Kuncoro dan
Aprin) dan di temani oleh Mba Ida untuk membereskan masalah admitrasi
pemakaman. Setelah selesai barukah kami pulang.
Sore hari
para adek ibu datang ( Bulek Plumbon, Om Bambang dan Om Cipto) kecuali Bulik Aman
tidak hadir. Mereka semua tinggal di Jawa dan memang hanya ibu saja yang
tinggal di Jakarta. Sambil istirahat, benah-benah dan lain-lain dan waktu terus berjalan. Hingga akhirnya para
ade-adek ibupun satu persatu balik atau pulang seperti Om Bambang, Bulek Toto,
dan terakhir Bulek Plumbon dan Om Cipto. Bulek Plumbon dan Om Cipto yang saya antar
hingga Stasiun Senen. Dan dari Stasiun Senen saya janjian dengan adek saya
Kuncoro untuk ke rumah Pasar Minggu bareng. Karena untuk satu bulan ini Kun
sedang ada pelatihan di PU mengenai operator alat berat.
Hingga
pada akhirnya semua rutinitas berjalan normal. Kun sudah selesai pelatihan, saya sudah masuk kerja Mba Ani dan Aprin
juga demikian. Yaa itulah hidup.. sesuatu yang bernyawa pasti akan mengalami
kematian. Hanya saja masalah waktu. Bagi para pembaca mohon doanya untuk ibuku
tercinta. Agar di ampunin semua dosanya dimaafkan semua kesalahannya, di lunasi
semua hutang-hutangnya jika ada, di beri kelapangan dalam kubur, diterima
arwahnya dan dimasukan ke dalam SurgaMU Ya Allah. Demikian pula dengan
pendahulu-pendahulu Bapaku, Mbah kakung, mbah Tih dan Mbah Mulyo.
0 komentar:
Posting Komentar