IBUNDA TERCINTA

Minggu, 23 September 2012

Sabtu 15 September 2012

Ibunda Tercinta

Pada hari sabtu tanggal 15 September 2012 kami keluarga Syahmi  (Singgih, Ambar, Fikri dan Faris) berkunjung ke rumah Eyang. Saat itu suasana rumah Eyang sedang di renovasi diantara renovasi tersebut adalah mengganti closet jongkok dengan closed duduk, dengan maksud mempermudah Eyang, mengganti keramik-keramik yang terangkat terutama di belakang dan ruang tamu serta mencat kusen ruang tamu. Kami disini menginap sehari hingga hari ahad. Tapi sayang di hari Ahadnya Eyang waktunya tidak banyak di karenakan hari Ahad pagi akan ke Jawa bersama Mba Ani dengan menggunakan pesawa karena ada acara hajatan anaknya Bulek Plumbon. Begitu Eyang sudah berangkat bersama Mba Ani, suasanapun menjadi sepi, hingga akhirnya kamipun pulang ke Bekasi. 





Aktifitas berjalan dengan rutin baik di Bekasi kecuali di Pasar Minggu karena ibunda saya posisi sedang di Jawa. Saaat ibunda sedang di Jawa kadang terbesit ingin menelpon ibu tapi entah kenapa tidak terlaksana hingga akhirnya ibunda samapi rumah Pasar Minggu kembali pada hari Sabtu tanggal 22 September 2012 . adapun ibunda di jemput oleh Mba Ani  yang memang sedang dinas di Yogyakarta. Sabtu sore saya sms Aprin untuk menanyakan ibu sudah datang atau belum. Dan dibalas belum datang, trus saya sms lagi, nanti kasih kabar jika ibu sudah datang. Sore hari ibunda sayapun sudah sampai Pasar Minggu dan Apin pun sms saya. Belum sempat saya balas karena saat itu saya dan keluarga sedang mencari makanan di Taman Alamanda untuk makan malam berikut ini isi smsmnya 

ia, ni sedang di luar beli makan untk malam. Insya Allah ren bsok mau k ps mggu jk tdk ada halangan, mgkn lngsung plng sorex

Trus ada sms Apin, entah mana yang lebih dahulu datangnya. Sms ini tertanggal 22 September 2012 jam 17:15 isinya 

“ Ibu masih duduk di depan. Nanti ingn nelp piqi, kasihan Ibu, td cerita tp nafasny agak narik2 napas, ngeliatny ibu agak sedih “

Setelah itu kurang lebih sekitar magrib atau jam enaman saya menelpon Apin dengan maksud ingin berbicara dengan ibu, tapi ibu kala itu sedang tidur. Sekitar pukul 20:06 an ibupun menelpon dengan menggunakan no Aprin dan saya terima langsung saat saya terima telpon ibu langsung bicara
“ Piki ada… “
Saya jawab Ada..

sempat kaget juga, biasanya ibu ngobrol-ngobrol terlebih dahulu dan tidak langsung seperti ini lalu aku langsung kasih Piki handphonenya dan akhirnya ibu berbicara dengan Piki, tidak terlalu lama trus sayapun berbicara dengan ibu intinya 

  Rencana Singgih ingin datang sabtu ini karena capek habis pasang plastic karena baru pasang ac. Insya Allah besok Singgih ke Pasar Minggu “


Ahad 23 Septrember 2012
Hari yang saya dan keluarga tunggu-tunggupun tiba. Keluarga saya pun dari pagi-pagi sudah kemas-kemas untuk ke Pasar Minggu seperti biasanya kami menggunakan kereta untuk ke Pasar Minggu. Kami berangkat dari rumah Bekasi pukul 8 pagi dan sampai Pasar minggu sekitar pukul 10 pagi. Ini adalah kedatangan yang terpagi karena memang sudah di niatkan dan di tunggu-tunggu. Di Pasar Minggu komplit, ada Ibu, Mba Ani dan Aprin. Memang ada yang berbeda dengan biasanya saat kami sampai di rumah  Pasar Minggu. Biasanaya begitu kami datang, Ibu/ Eyang langsung menghampiri dan menyambut dengan senang hati tapi saat ini tidak demikian. Ibu hanya di kamar saja hingga akhirnya sayapun menghampiri ibu yang sedang berbaring. Sayapun ngobrol-ngobrol dikamar dengan ibu dan ditemani oleh Fikri dan Faris. Diantara yang ibu ceritakan adalah: 

Kun sudah ada pembantu sekarang, sekarang sedang ada di Jakarta katanya mau mampir. Intinya yang saya tangkap, ibu senag kalau Kun sudah ada pembantu.

Sebenarnya saya ingin masih berbincang-bincang dan tanya-tanya yang lain mengenai aktifitas ibu di Jawa tapi sepertinya ibu sedang kecapaian. Fikri dan Faris pun asyik becanda-canda didalam kamar Eyang, apalagi Faris yang bolak balik memainkan kipas angin dekat tempat tidur Eyang dan sambil saya berkata: Faris-Faris jangan. Ada yang membuat saya terkejut takala ibu cerita saat, yaitu ibu berbicaranya sulit dan terpengal-pengal sambil menarik-narik nafas yang terlihat agak susah. Terlihat sulit sekali selain itu waktu ibu tidurpun nafasnnaya tersengal-sengal pula dan  bagian perut dan dadanya turun naiknya agak tinggi. Saat itu saya simpulkan ibu sedang kecapaian usai dari Jawa. Karena biasanya memang seperti itu pengalaman-pengalaman sebelumnya setelah ibu dari Jawa. Begitu ibu usai dari Jawa, ibu akan capai dan pernah juga tidak bisa jalan. Begitu pula dengan hal ini.  selain hal diatas ada pula yang membuat saya kaget yaitu takala ibu sedang duduk di tepi tempat tidur sementara tangan ibu yang kiri bertumpu  pada kasur, tapi tumpuan tangan ibu tidak kokoh dan gemetar. Saya kaget saat melihat hal itu, terbesit ingin saya menanyakan tapi entah kenapa hanya berlalu saja dan tersimpulkan ibu memang sedang capai.


Sayapun kadang datang ke kamar ibu,   Selain hal diatas, ibu juga dua kali menanyakan mengenai  waktu (jam). Pertama ibu bertanya.. kurang lebih sperti ini: 
“sekarang jam setengah duabelas ya?”

 Lalu aku melihat sekitar kamar, ternyata dikamar jamnya mati di karenakan baterainya sudah habis dan aku melihat jam di ruang tengah aku jawab jam sepuluh lewat. Atas dasar pertanyaan itu lalu saya mengganti bateray jam yang sudah habis serta membersihkannya dan posisi jampun saya pindahkan ke piosisi yang ibu bisa lihat saya bertanya pada ibu “

“taruh sini saja ya buu.. keliahatan? Ibu jawab sudah taruh situ saja gpp”

Dan takala saya ke kamar ibu lagi ibupun bertanay kembali mengenai jam. Kurang lebih seperti ini:

sekarang jam setengah dua belas ya, lalu saya jawab jam setengah dua.”

Kala itu saya piker posisi jamnya masih jauh dan kurang jeklas untuk dilihat ibu, lalu aku memindahkan posisi jam lebih dekat dengan ibu lagi. Ibu jawab”

sudah gpp taruh situ saja 



di sela-sela pembicaraan.. ibupun menyempatkan diri memberi sesuatu yaitu dua amplop kecil yang berisi uang untuk Fikri dan Faris. Hingga menjelang sore ibu masih rebahan ditempat tidur. Yang saya ingat ibu sekali saja ke belakang untuk buang air dan sekitar jam empatan saya sholat Ashar pas saat sholat Ashar, Ambar (Istriku) mendengar ibu saya  memanggil saya. Keterangan yang saya dapat dari Ambar yaitu: ibu pengen Sholat Ashar. Mendekati jam lima sore saya pamitan untuk pulang ke Bekasi. Saya pamitan ke ibu, tapi ibu sedang tidur berbaring kearah kanan. Takut mengganggu ibu, saya nitip salam ke Mba ani untuk ibu: intinya Singgih sudah pulang jika ibu nanti sudah bangun. Takala saya sudah sampai depan teras, saya masih penasaran (ibu sudah bangun belum ya.. rasanya tidak enak jika Singgih pulang tapi ibu tidak tahu) lalu saya mengajak istri dan anak-anak untuk kembali lagi ke kamar ibu tapi ibu masih tidur takut mengganggu ibu, saya nitip salam saja untuk  ibu ke Mba Ani dan Aprin bilang ke Ibu: Singgih sudah pulang jika ibu nanti sudah bangun dan akhirnya Saya sekeluarga pulang dengan menggunakan kereta KRL. Sampai rumah Bekasi sekitar jam 18.30 an yang sebelumnya kami mampir ke pecel lele untuk makan malam di rumah. Sekitar jam 19:09 Aprin telepon Singgih intinya  

memberitahu bahwa ibu susah untuk di bangunkan, nanti akan di kabari lagi”

 Pada jam 19:14 Mba Ani menelpon dan membertahu mengenai ibu intinya 

ibu susah dibangunkan dan jika bisa Singgih ke Pasar Minggu. Sayapun menyanggupinnya dan akan kesana”

Awalnya saya ingin kesana sendiri dan menggunakan motor tapi saya pikir kenapa harus sendiri kenapa tidak dengan keluarga apalagi kondisi ibu seperti sekarang. Akhirnya saya kasih kabar istri untuk ikut juga ke Pasar Minggu. Saya bergegas dari makan, mandi dan yang lainnya sambil menunggu taxi yang sudah saya pesan via telpon.  Begitu taxi datang sayapun bergegas berangkat. Dalam perjalanan Mba Ani menelpon sekitar jam 20:17 dan memberi kabar kalau 

ibu sudah meninggal dan posisi sekarang sedang di Rumah Sakit Cilandak”

Sayapun dalam perjalanan memberitahu kun, bahwasannya kalau ibu sudah tiada  saya juga mendapat telpon dari Bu Darsono (Ibunya Toto, teman Ibu di rumah) memberitahu jika Ibu sudah meninggal dan di suruh datang ke Pasar Minggu. Masih ada dua telpon lagi  yaitu pada jam 21:11  jika tidak salah saya yang telpon dan 21:25 Mba Ani yang telpon. Saya lupa isinya jika tidak salah bekisar posisi Mba Ani masih di Rumah Sakit Cilandak serta menayakan posisi Singgih. Sekitar jam 21 an Sayapun sudah sampai rumah Pasar Minggu. Kondisi rumah pun sudah ramai banyak orang. Sedang Ibu, Mba Ani dan Aprin belum sampai di rumah. Sayapun mengasih kabar Lek Harto, Bulik Toto, dan Om Marjono. Orang jawa pun menelpon saya dan mereka menanyakan perihal ibu mau dikubur dimana? Saya jawab belum tahu karena belum didiskusikan dengan yang lainnya. Tak lama kemudian Kun datang, Ibu Mba Ani, Aprin dan Mas Yono. Semua sudah kumpul di sini. Kamipun semua mempersiapkan untuk pemakaman Ibu  besok hingga larut malam dan satu persatu kerabat pun ibu pada pulang. Hingga yang tertinggal keluarga kami. Kamipun disini berkumpul dengan berbagai perasaan masing-masing yang ada di benak masing-masing pula. Dapat dikatakan kamipun tidak tidur. Waktu subuhpun datang dan usai sholat subuh Pak Yatiman (tetangga rumah) mampir ke rumah kami. Hari semakin siang dan satu persatu mulailah berdatangan saudara,  kerabat,  tetangga teman dan lain-lain.


Tahap demi tahap berproses telah dilalui  dari pemandian, penempatan pemakaman, permohonan maaf bahkan ada perwakilan dari kantor ibu atau Mba Ani yang memberikan komentar mengenai ibu. Hingga akhirnya mejelang Sholat Lohor ibu di Sholatkan setelah Sholat Lohor di Mushola Nurul Huda ( Mushola dekat rumah) setelah itu barulah dimakamkan di Pemakaman Tanjung Barat. Setelah Pemakaman selesai dan para pelayatpun pulang ke rumah masing-masing hingga yang tersisa keluarga kami empat saudara (Mba Ani, Singgih, Kuncoro dan Aprin) dan di temani oleh Mba Ida untuk membereskan masalah admitrasi pemakaman. Setelah selesai barukah kami pulang.

Sore hari para adek ibu datang ( Bulek Plumbon, Om Bambang dan Om Cipto) kecuali Bulik Aman tidak hadir. Mereka semua tinggal di Jawa dan memang hanya ibu saja yang tinggal di Jakarta. Sambil istirahat, benah-benah dan lain-lain  dan waktu terus berjalan. Hingga akhirnya para ade-adek ibupun satu persatu balik atau pulang seperti Om Bambang, Bulek Toto, dan terakhir Bulek Plumbon dan Om Cipto.  Bulek Plumbon dan Om Cipto yang saya antar hingga Stasiun Senen. Dan dari Stasiun Senen saya janjian dengan adek saya Kuncoro untuk ke rumah Pasar Minggu bareng. Karena untuk satu bulan ini Kun sedang ada pelatihan di PU mengenai operator alat berat.

Hingga pada akhirnya semua rutinitas berjalan normal. Kun sudah selesai pelatihan, saya sudah masuk kerja Mba Ani dan Aprin juga demikian. Yaa itulah hidup.. sesuatu yang bernyawa pasti akan mengalami kematian. Hanya saja masalah waktu. Bagi para pembaca mohon doanya untuk ibuku tercinta. Agar di ampunin semua dosanya dimaafkan semua kesalahannya, di lunasi semua hutang-hutangnya jika ada, di beri kelapangan dalam kubur, diterima arwahnya dan dimasukan ke dalam SurgaMU Ya Allah. Demikian pula dengan pendahulu-pendahulu Bapaku, Mbah kakung, mbah Tih dan Mbah Mulyo.

0 komentar: