RASA SAYANG DAN CINTA

Senin, 07 Juni 2004

RASA SAYANG DAN CINTA

Setidaknya rasa sayang dan cinta itu memang fitrah manusia. Ia timbul di dalam hati kita, dan kita pun tak bisa memungkirinya. Kalau toh hendak dihapus ataupun dilupakan, tapi dihati masih tetap sayang dan cinta.. amatlah sulit. Jadi menurut saya jalan yang tepat adalah bagaimana kita menyikapi rasa sayang dan cinta itu. Mungkin pembaca juga bertanya.. Untuk menyikapi rasa sayang dan cinta itu yang bagaimana siiih. Sayapun susah untuk menjelaskannya. Tapi jika kita ambil contoh kasus yang lain, mungkin akan lebih mudah untuk di cerna. Sebagai contoh Jika kita mempunyai suatu barang yang berharga, serta barang itu satu-satunya lalu barang tersebut hilang. Bagaimana perasaan kita? Tentunya merasa kehilangan lalu berusaha untuk mencarinya. Jika mencarinya juga tidak ada, katakanlah barang tersebut sudah hancur cur, apaksah yakin akan ketemu? Apa  yang harus kita lakukan dan bagaimana kita menyikapinya? Apakah kita akan terus mencari hingga dapat? nah jika memang barang itu benar-benar tak ada bagaimana. Tentunya dengan kata lain jika kita tetap mencarinya maka akan sia-sia saja dan buang-bunag energy sehingga apa yang kita usahakan semaksimal mungkin, bisa jadi tak akan hasilnya. Toh dicari atau tidak hasilnya sama saja. Tentunya yang lebih tepat mengiklaskan apa yang telah terjadi, dan mengambil pelajaran apa yang telah terjadi. 

Sedangkan ada barang yang sama dengan barang yang hilang tapi dengan merek yang berbeda serta variasinya banyak tersedia. Kenapa kita tak mencari alternatif ini saja. Jika kita hanya memikirkan yang hilang terus, tentunya akan menjadi beban pikiran dan tidak efektif dalam menjalani hidup. Dipikirkan dan tidak dipikirkan toh barang tersebut juga tetap hilang dan tak kembali. Apakah dengan dipikirkan barang tersebut dapat hadir kembali. Jadi intinya dipikir dan tak dipikir hasilnya toh sama, jadi lebih baik terima saja kejadian yang ada dan mencari alternatif pilihan yang lain. Itu mungkin  gambaran secara umumnya, walaupun tak dapat di sejajarkan dengan peristiwa rasa sayang dan cinta terhadap manusia, apalagi menjurus  untuk berumah tangga. Tentu masih jauh . Saya yakin jika hal tersebut terjadi pada barang tentunya pembaca bisa menyikapinya, tapi inikan terjadi pada manusia, yang berbeda dengan barang.. , lagi pula hati manusia itu kan kadang berbolak balik dan tidak konstan. ya saya juga ga tahu harus menjelaskan bagaimana, saya juga bingung .

Kesimpulan

Intinya kita harus menerima sesuatu yang telah terjadi dengan iklas (qonaah). Sebab biar bagaimanapun itu sudah terjadi. Dan bagaimana kita ambil hikmahnya atau pelajaran dari peristiwa tersebut. Adapun kejadian yang kita masih penasaran (dalam tanda “), kita dapat bermohon pada Allah agar memberikan ketetapan hati pada kita, karena dialah yang membolak-balikan hati kita. 

Orang tak akan bisa memberikan sesuatu jika ia tak memiliki sesuatu itu... 

orang tak akan dapat memberikan dua buah jika ia hanya memiliki satu buah.... 

orang tak akan memberikan rasa sayang dan cinta jika ia tak memiliki rasa sayang dan cinta itu pula. 

Ada gambaran mengenai hal di atas:

“Allah itu Maha Pengasih dan Penyayang serta Mencintai umatNYA, jika rasa Sayang dan Cinta Allah itu di curahkan kepada kita, lalu kita menolak rasa sayang dan Cinta dari Allah... bagaimana jadinya...!? hebat sekali kita. Mungkin pembaca binngung.. kenapa saya tak terima saja rasa sayang dan cinta orang yang menyatakan cintanya? Untuk hal ini saya juga ga tahu .. tapi intinya saya menerimanya walaupun sebagai teman ataupun ade saya. Saya rasa ini lebih baik . Karena saya pernah alami kata-kata menolak dengan kata lain ia mengatakan menolak cinta saya. Mungkin kata-kata menolak itu jika salah memahami atau di tujukan bukan pada orang yang tepat dapat menimbulkan salah paham. Jadi untuk kedepannya jika pembaca dihadapkan oleh persoalan tersebut di atas alangkah bijaknya jangan ada kata-kata menolak. Itu menurut saya sendiri loohh. Bisa jadi pemahaman saya yang salah.

“Yakinlah akan janji Allah”

“Allah akan memmberikan hal yang terbaik bagi hambanya. Persoalannya apakah kita ini sudah termasuk hamba Allah?”

“yakinlah akan kekuatan doa”

“Esensinya setiap doa itu di kabulkan, jika memenuhi syarat, hanya waktu dan wujudnya saja di luar kemampuan kita”

“Serahkanlah hasil doa sepenuhnya pada Allah, karena ia tahu yang terbaik bagi kita”



*****************




0 komentar: