Mengapa
Flu Spanyol
Pandemi influenza pada awal
abad ke-20 bukan berasal dari Spanyol. Lantas mengapa penyakit yang membunuh 50
juta orang di dunia itu dikenal sebagai flu Spanyol?
Foto: Getty Images via BBC
Minggu,
13 September 2020
Kamp militer Amerika Serikat di Furston (sekarang Fort Riley),
Kansas, baru kedatangan ribuan tentara beberapa bulan sebelumnya pada Maret
1918. Pasukan tersebut hendak diberangkatkan ke Eropa untuk membantu tentara
Inggris Raya, Prancis, dan sekutu mereka lainnya dalam Perang Dunia I.
Albert Gitchell, seorang koki di pangkalan militer, seperti biasa
bangun sebelum fajar untuk menyiapkan sarapan bagi pasukan. Namun, pada 11
Maret 1918 pagi itu, Albert tidak mampu beranjak ke dapur untuk memasak.
Badannya demam tinggi. Tenggorokannya sakit bukan main.
Ia memutuskan pergi ke rumah sakit di pangkalan militer. Dokter
mendiagnosis Albert menderita influenza dan ia langsung dikirim ke bangsal
penyakit menular agar penyakitnya tak merembet ke para penghuni kamp. Namun
penyakit itu rupanya terlanjur menular ke ratusan tentara. Dalam dua hari saja,
512 personel pasukan Amerika di Fort Riley jatuh sakit.
Dan, seperti ditulis Claire O’neal dalam bukunya, The
Influenza Pandemic of 1918, insiden di Fort Riley itu menjadi awal mula
pandemi flu yang menyerang negara-negara di seluruh dunia pada 1918-1920.
Sejarah mencatat wabah itu dengan nama 'flu Spanyol'. Sekitar 50 juta penduduk
dunia tewas, dua kali dari jumlah korban Perang Dunia I. Sementara itu,
penduduk dunia yang terinfeksi disebut-sebut mencapai 500 juta orang.
![]() |
Sebuah auditorium di Kota Oakland, California, diubah menjadi
rumah sakit sementara untuk menampung pasien flu Spanyol pada 1918.
Foto: CNN Internasional.
Dari Fort Riley, flu Spanyol menyebar pertama kali ke Prancis.
Kapal AS mendarat di Brest dan Bordeaux, Prancis, dengan mengangkut tentara
yang telah terinfeksi oleh virus A (H1N1) itu. Bahkan, menurut pakar virologi
Bruno Lina, banyak kematian terjadi selama perjalanan kapal tentara AS
melintasi Samudra Atlantik. Kasus positif lalu ditemukan menular ke tentara
Prancis dan Inggris.
Selain persaingan historis antara Spanyol dan Prancis, inilah
kemungkinan alasan mengapa, di Spanyol, influenza juga dikenal sebagai flu
Prancis."
Dengan cepat, pandemi itu pun menyebar ke Spanyol, Jerman, Italia,
dan Rusia. Dan hingga Juni 1918, virus itu telah menjangkau Afrika Utara,
India, Asia, dan Selandia Baru dengan kasus-kasus fatal terbatas terjadi pada
anak-anak dan orang tua. “Itu baru gelombang pertama,” kata Bruno Lina,
profesor Universitas Claude Bernard Lyon, dalam artikelnya berjudul 'History
of Influenza Pandemics' pada 2008.
Meski dari banyak penelusuran flu Spanyol bermula dari Amerika,
ada pula versi lain yang menyebutkan bahwa pandemi itu berasal dari China. Hal
itu terjadi karena banyaknya orang yang bermigrasi dari China ke Amerika. Virus
tersebut kemudian melanda Amerika dan seluruh dunia. Bruno Lina juga
mengatakan, selain di Kansas, pada awal 1918 itu, flu Spanyol juga telah
terdeteksi di Detroit dan sebuah penjara di Carolina Selatan.
Pertanyaan yang sering mengemuka juga adalah, meski Spanyol
bukanlah negara asal muasal virus A (H1NI) itu, lantas mengapa pandemi itu
dikenal dengan sebutan flu Spanyol? Jawabannya adalah, selama Perang Dunia I
berlangsung, kebebasan pers di negara-negara yang terlibat perang terbatas. Di
negara-negara Eropa, pers mendapatkan sensor. Jika tidak, mereka menahan diri
untuk memberitakan pandemi. Hal itu dilakukan agar masyarakat yang sudah
menderita akibat perang tidak makin khawatir.
M Martini dkk dalam sebuah tulisan yang terbit di jurnal Preventive
Medicine and Hygiene (2009) mengatakan, pada 22 Agustus 1918,
Menteri Dalam Negeri Italia membantah laporan adanya penyebaran pandemi
influenza, yang kemudian diikuti oleh surat-surat kabar setempat. Penyensoran
diberlakukan bukan hanya pada berita tentang penyebaran infeksi, tetapi juga
komentar-komentar yang tidak terkait dengan sumber resmi.
Berbeda dengan di Spanyol. Pada Perang Dunia I, Spanyol adalah
negara yang netral, tidak terlibat dalam blok mana pun. Surat kabar Spanyol
bebas memberitakan pandemi pada 1918 beserta dampaknya yang menakutkan. Karena
berita-berita pertama tentang pandemi itu muncul di Spanyol, akhirnya banyak
orang menganggap pandemi itu berasal dari negara tersebut. Halaman depan surat
kabar di Spanyol pun dipenuhi nama-nama orang yang meninggal karena virus A
(H1N1).
Peneliti lainnya mencatat, surat kabar ABC Madrid adalah
koran pertama yang memberitakan pandemi di Spanyol. Pandemi itu disebut
penyakit aneh mirip flu yang mulai menyebar sejak awal Mei 1918. Pengidapnya mengalami
demam 2-3 hari. Penyakit itu dilaporkan terjadi secara tiba-tiba. Bahkan
penderitanya bisa pingsan saat berjalan.
Di Spanyol, ketika gelombang pertama pandemi menyerang, banyak
pekerja yang tinggal di rumah karena sakit. Beberapa layanan, termasuk pos,
telegraf, dan perbankan, ditutup sementara. Pada minggu terakhir Mei 1918, Raja
Alfonso XIII dikabarkan jatuh sakit. Bukan hanya raja, perdana menteri dan
beberapa anggota kabinet juga terserang flu Spanyol.
“Beberapa pengamat berpendapat epidemi bisa saja menyebar dari
Prancis karena lalu lintas kereta api yang padat dari pekerja Spanyol dan
Portugis dari dan ke Prancis,” tulis Antoni Trilla dkk dalam artikel "The
1918 'Spanish Flu' in Spain" yang dimuat di jurnal Clinical
Infectious Disease tahun 2008. “Selain persaingan historis antara
Spanyol dan Prancis, inilah kemungkinan alasan mengapa, di Spanyol, influenza
juga dikenal sebagai flu Prancis,” imbuhnya.
Peta Spanyol dan negara-negara di Eropa pada 1918. Tampak jalur kereta api dari Spanyol dan Portugal ke Prancis.
Foto: Repro jurnal Clinical Infectious Disease.
Antoni menerangkan, gelombang pertama pandemi 1918 di Spanyol
berlangsung sangat cepat, hanya dua bulan, dan kondisi kembali seperti semula.
Namun gelombang kedua (September-Desember 1918) benar-benar telah mengganggu
kehidupan normal warga Spanyol. Sekolah dan universitas ditutup, kecuali gereja
dan teater. Seluruh tempat di negara itu dilakukan disinfektasi, bahkan sampai
dokumen surat.
Beberapa kota di Spanyol memiliki angka kematian cukup tinggi,
mencapai 12 persen. Karena angka kematian tinggi itu, rumah duka dan gereja
dikepung warga. Beberapa kota kehabisan peti mati. Bahkan Wali Kota Barcelona
meminta bantuan tentara untuk pengangkutan dan penguburan mayat karena pekerja
di Balai Kota langka.
“Sistem kesehatan Spanyol kewalahan dan tidak memberikan tanggapan
yang efisien. Banyak desa kecil yang tersebar di seluruh negeri tidak mempunyai
bantuan medis. Dokter mereka meninggal dan untuk mencari penggantinya tidak
mudah. Beberapa siswa sekolah kedokteran secara sukarela dikerahkan,” tulis
Antoni.
Gelombang influenza ketiga terjadi pada Januari-Juli 1919 dengan
tingkat keparahan lebih ringan dibandingkan gelombang kedua. Total, dari ketiga
gelombang pandemi di Spanyol itu, korban meninggal tercatat 186.174 orang.
Namun, jika indeks epidemiologi umum untuk kematian akibat pneumonia dan
influenza digabung, diperkirakan 1,2 juta penduduk Spanyol meninggal dunia
dengan sebagian besar meninggal selama gelombang kedua pandemi.
Minggu, 13
September 2020
Sumber:
https://news.detik.com/x/detail/intermeso/20200913/Mengapa-Flu-Spanyol/?fbclid=IwAR1GeZPoR8nCNobLeFYBy1qsghRoUbS0zewkQUyTRUUYcMfuA7wq257oNC8
https://news.detik.com/x/detail/intermeso/20200913/Mengapa-Flu-Spanyol/?fbclid=IwAR1GeZPoR8nCNobLeFYBy1qsghRoUbS0zewkQUyTRUUYcMfuA7wq257oNC8