Sejarah
Kota Tua Jakarta dan Perkembangannya
Mengunjungi ibu kota Jakarta tidak akan lengkap tanpa kita mengenal satu
ikon perkembangan peradaban yang berjaya pada masa kolonial ini, Kota Tua
Jakarta. Salah satu ikon ibu kota negara Republik Indonesia selain Taman Mini
Indonesia Indah dan Monas. Kota Tua Jakarta adalah sebutan bagi sebuah bangunan
gedung cagar budaya yang dipertahankan hingga kini untuk mengenang awal
terbentuknya Jakarta. Pada masa lalu gedung Kota Tua adalah simbol kekuasaan
dan kejayaan yang diperebutkan oleh banyak pemimpin besar. Konon siapapun yang
berhasil menguasai wilayah ini maka dia adalah pemimpin sejati. Jadi, wajar
saja bila ikon gedung tua ini begitu dijaga kelestariannya hingga sekarang.
Sejarah Kota Tua Jakarta
Kota Tua Jakarta terletak
diantara dua kotamadya yaitu Jakarta Barat dan Jakarta Utara, tepatnya di
Kelurahan Pinangsia Kecamatan Tamansari. Posisinya yang strategis membuatnya
mudah disinggahi kala itu. Bahkan berbagai kerajaan turut memperebutkan
kekuasaan di kawasan ini. Berikut ini adalah ulasan mengenai sejarah Kota Tua
Jakarta dari masa ke masa. Kota Tua Jakarta adalah nama dari sebuah gedung yang
tepatnya berada di Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Tamansari, Kotamadya Jakarta
Barat. Letak gedung ini berbatasan dengan beberapa tempat strategis diantaranya
:
·
Sebelah utara, berbatasan dengan Pelabuhan Sunda Kelapa
dan Laut Jawa
·
Sebelah Timur, berbatasan dengan Kali Ciliwung
·
Sebelah Barat, berbatasan dengan Kali Krukut
·
Sebelah Selatan, berbatasan dengan Jalan Jembatan Batu
Lokasi Kota Tua yang
strategis tersebut akhirnya menimbulkan perebutan kekuasaan wilayah. Mulai dari
Kerajaan Pajajaran, Kerajaan Tarumanegara, Kesultanan Banten, VOC, hingga
Jepang dulu turut memperebutkannya. Kota Tua Jakarta dikenal pula dengan
sebutan lamanya yaitu “Oud Batavia” atau Batavia lama. Seperti yang kita ketahui bahwa
Batavia dulu juga merupakan nama untuk kota Jakarta sekarang. Wilayah Kota Tua
yang luasnya sekitar 1,3 km2 ini dulunya sempat disebut sebagai “ Permata Asia” serta “Ratu Dari Timur’’. Wilayah ini merupakan pusat perdagangan yang sangat
strategis di Asia, apalagi begitu banyak hasil yang melimpah di tempat ini.
Wajar saja, banyak pemimpin yang tidak rela melepaskan kekuasaannya di wilayah
ini.
Perkembangan Kota Tua
Jakarta
Sejarah Kota Tua berawal
pada abad ke 15 tepatnya tahun 1526 saat Fatahillah melakukan penyerangan
terhadap Kerajaan Hindu Pajajaran. Penyerangan tersebut terjadi tepat di
Pelabuhan Sunda Kelapa atas perintah dari Kesultanan Demak. Wilayah ini
memiliki luas 15 ha, dengan tata ruang mengadopsi kebudayaan Jawa. Selanjutnya,
wilayah ini diberi nama Jayakarta, bahkan diklaim menjadi cikal bakal kota
terbesar di Indonesia ini.
1. Tahun 1635 kota Batavia
mengalami perluasan hingga ke bagian barat dari sungai Ciliwung. Dengan
arsitektur bergaya Belanda dilengkapi dengan Benteng Kasteel khas Batavia,
kanal dan dinding kota, Batavia semakin memukau saat itu. (Baca Juga : Sejarah
Runtuhnya Bani Ummayah )
2. Abad ke 16 tepat pada
tahun 1619, menjadi target VOC dibawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen. Beberapa
waktu kemudian tepatnya pada tahun 1620 Jayakarta resmi berganti nama menjadi
Batavia. Nama tersebut diberikan guna menghormati leluhur bangsa Belanda yang
bernama Batavieren. Kota Batavia berpusat di sebelah timur Sungai Cilwung yang
saat ini dikenal dengan Lapangan Fatahillah. Batavia memiliki penduduk lokalnya
yang sampai sekarang masih eksis yaitu suku Betawi, yang dulunya disebuut
sebagai Batavianen. Betawi berasal dari berbagai etnis khususnya etnis kreol
yang menghuni pemukiman Batavia kala itu. (Baca Juga : Sejarah
Nazi )
3. Pada awalnya maksud
kedatangan para saudagar ini adalah menukar rempah-rempah, namun ternyata
berubah menjadi pengalihan kekuasaan saat hubungan kurang baik terjadi antara
Belanda dengan Jayawikarta. (Baca Juga : Sejarah
Kabah )
4. Kemenangan Demak yang
kemudian mengubah nama menjadi Jayakarta kemudian memasuki ranah baru yaitu
menjadi bagian dari Kesultanan Banten. Dibawah kekuasaan Kasultanan Banten
Jayakarta menjadi kota tujuan para saudagar dari Belanda khususnya yang berada
dibawah pimpinan Cournelis de Houtman. (Baca Juga : Sejarah
Konstantinopel )
5. Pada awalnya lokasi ini
dikenal sebagai dermaga Sunda dengan letaknya yang sangat strategis serta
makmur. Apalagi di dermaga ini merupakan tempat yang sangat tepat untuk
penjualan rempah-rempah khas Sunda yang memang masyarakatnya bekerja sebagai
petani rempah. Pada abad ke 14 pelabuhan ini dianggap sebagai pelabuhan penting
bagi beberapa kerajaan di nusantara. Bahkan terdengar bahwa bangsa Portugis
ingin menguasai wilayah ini, hingga hal tersebut didengar oleh Kerajaan Demak
yang mengirimkan Fatahillah mencegah kekuasaan Portugis saat itu. (Baca Juga
: Jenis – Jenis
Manusia Purba di Indonesia )
6. Pada Tahun 1650, kota
Batavia dijadikan sebagai pusat pemerintahan oleh VOC dan mengalami lagi
perluasan menuju selatan setelah munculnya wabah tropis akibat sanitasi yang
buruk.
7. Pada tahun 1870 perluasan
tersebut memaksa sebagian warganya keluar dari kota kecil tersebut dan
berpindah ke kawasan Weltevreden yang saat ini dikenal dengan lapangan Merdeka.
Pada tahun ini pula Batavia menjadi kawasan pusat pemerintahan Hindia Timur
Belanda.
8. Tahun 1942 dibawah
kepemimpinan Jepang, Batavia berganti nama menjadi Jakarta hingga saat ini dan
dijadikan sebagai ibu kota Indonesia. (Baca Juga : Masa
Penjajahan Belanda di Indonesia )
9. Kota Tua Jakarta resmi
dijadikan sebagai situs warisan pada dekrit yang dikeluarkan Gubernur Jakarta
pada masa itu Ali Sadikin. Dengan adanya keputusan tersebut maka bangunan serta
arsitektur dari Kota Tua Jakarta wajib dipertahankan.
Kota Tua Jakarta Saat Ini
Saat ini Kota Tua Jakarta
lebih dikenal sebagai bangunan kuno sebagai ikon ibu kota negara Indonesia.
Berbagai kegiatan dilakukan di kawasan ini saat HUT kota Jakarta atau event
bersejarah lainnya untuk mengenang perjuangan pada masa lalu. Biasanya yang
seringkali ditampilkan adalah beberapa event pameran, pertunjukan seni
yang memang didukung oleh arsitektur bangunan yang memiliki nilai artistik
tersendiri ini. Berbagai pertunjukan yang sering diadakan di lokasi ini
antara lain adalah sebagai berikut.
1. Pameran Sejarah Jakarta
2. Pameran Kebudayaan Betawi
3. Pameran Lukisan dari
seniman lokal Betawi
4. Pagelaran Seni Lenong Khas
Betawi
5. Penghelatan Akbar untuk
Mengenang Sejarah Kota Tua
Event-event tersebut
biasanya digelar setiap dua tahun sekali dengan menampilkan seniman ibu kota.
Bahkan tidak menutup kemungkinan beberapa duta besar juga turut hadir sebagai
bentuk toleransi budaya. Saat ini Kota Tua Jakarta menjadi bangunan cagar
budaya yang berada dibawah tanggung jawab Pemkot Jakarta, sehingga segala hal
yang berkaitan dengan perawatan, renovasi atau pemugaran juga berada dibawah
naungan Pemkot Jakarta.
Jakarta memang layak
memiliki bangunan yang menjadi ikon kota karena kebesarannya menjadi ibu kota
sebuah negara berkembang. Di Indonesia, ikon serupa juga dimiliki oleh beberapa
kota besar lainnya seperti Jogja dengan Keratonnya, Semarang dengan Lawang Sewunya,
Surabaya dengan Tugu Pahlawannya, dan masih banyak lagi yang lain. Oleh karena
itu, berbangga menjadi salah satu bagian dari warisan budaya masa lampau adalah
sikap sebagai warga negara yang bijak. Dengan menjaga dan melestarikan budaya
yang ada berarti juga turut membangun peradaban yang memiliki nilai moral
tinggi. Hal ini yang harus menjadi perhatian generasi muda saat ini dan harus
dimulai sejak dini. Demikian artikel sejarah mengenai kota tua Jakarta, semoga
bermanfaat dan dapat menambahkan wawasan bagi anda!


Pada kesempatan kali ini diawal Tahun Baru sabtu
2 Januari 2016 kami sekeluarga berkunjung ke Kota Tua untuk melihat langsung
kondisi disana. Ternyata memang benar apa yang dituliskan di atas. Bangga juga
Jakarta masih memiliki cagar budaya lama yang masih terawat dan juga sebagai pusat
wisata serta pendidikan. Untuk mencapai lokasi dari Pasar Minggu tidaklah
sulit. Cukup naik KRL Commuter Line turun di Stasiun Kota (Bios) dan
dilanjutkan dengan berjalan kaki, sekitar 500 meter jarak dari Stasiun Kota ke
Kota Tua.
Foto:
Document Pribadi