REKRUITMENT SISWA PENCAKER DI BONDOWOSO

Jumat, 11 Agustus 2017
REKRUITMENT SISWA PENCAKER DI BONDOWOSO

Jadwal saya 3 hari ini 09-11 Agustus 2017 ini adalah kunjungan ke Bondowoso dalam rangka rekrutmen siswa pencaker. Seperti biasanya saya berangkat dengan menggunakan mode transportasi udara. Dalam menjalani tugas ini saya bersama dengan Destra Ritco, salah satu staff dikios 3 in 1. Saya berangkat dari bandara Soekarno Hatta transit terlebih dahulu di Bandara Djuanda Surabaya lalu dilanjutkan penerbangan tujuan Bandara Udara Notohadinegoro Jember. Kami Di jemput oleh teman teman dari Bondowoso diantaranya: Choirul Anwar, Faruq dan temannya satu lagi saya lupa namanya.

Bandara Djuanda Surabaya


Bandara Udara Notohadinegoro Jember  


Usai dimjemput dan makan siang lalu kami beranjak ke Disnaker Bondowoso. Disana kami berjumpa dengan kepala BLK Bondowoso bapak Yoyok dan Kepala Dinas Bondowoso . Usai menjumpai mereka lalu kami mendatangi BLK Bondowoso untuk persiapan rekrutmen esok hari. Usai itu semua barulah kami bermalam di hotel.

hari ini merupakan test rekrutmen peserta pelatihan. ada sekitar 30an peserta test pelatihan. Sebelum test dimulai ada sambutan dari kepala dinas setempat. Usai memberikan sambutan, barulah saya melakukan presentasi terkait rekrutmen peserta test. setelah presentasi barulah dilakukan test, termasuk juga test wawancara.


Saat pemaparan menegenai program boarding di hadapa Kepala Dinas

Test Tertulis yang di lanjutkan dengan Test Wawancara 

Saat wawancara banyak variasi jawaban yang tentunya sebanding dengan jumlah peserta test. Ada satu hal yang menarik saat saya melakukan test wawancara. Yang membuat saya menarik adalah karena jawaban dari yang saya wawancarai diluar dugaan saya sebagai pewawancara selain itu jawaban tersebut juga berbeda dengan jawaban teman-teman peserta test pada umumnya. Adapun pertanyaan saya saat itu adalah sekitar ijin dari orang tua terkait kepesertaan anak tersebut dalam test pelatihan, yang kedepannya jika di terima maka yang bersangkutan akan berada di tempat pelatihan (Bekasi) selama sekitar 1,5 bulan. saat itu saya kataka: "Apakah sudah dapat ijin dariorang tua?" dia menjawab "sudah mendapat ijin dari nenek" hmm dalam hati saya saat itu heran, yang saya tanyakan orang tua tapi kenapa di jawab nenek??. lalu saya pertegas kembali pertanyaan saya "saya menanyakan sudah dapat ijin belum dari orang tua, sebelum dia menjawab saya potong terlebih dahulu, aktifitas orang tua apa? terutama ibu.. dia jawab " tidak tahu karena saya belum berjumpa dengan ibu " kook bisa? sahut saya, lalu dia menjelaskan sbb " saat saya kecil, ibu bekerja sebagai TKW setelah sekian lama kehilangan contact dengan ibu saya. ari informasi kesana kemari termasuk agen yang memperkerjakan ibunya tidak ada kepastian dan hingga saat ini kabar berita tentang keberadaan ibunya tidak diketahui. Sejalan dengan waktu akhirnya bapaknyapun meninggal dunia, sehingga dia diurus oleh neneknya. `

Masih dalam proses wawancara, saat itu saya tanya ke dia " Jika anda diterima dan tinggal di asrama lalu ada sesuatu yang tidak sesuai dengan harapan anda, misal ada makanan yang tidak enak, apa yang anda lakukan? " dia menjawab " bagi saya tidak ada makanan yang tidak enak, bagi saya semua makanan enak " muak jleeb rasanya saya saat itu. karena jawabannya diluar dugaan saya oleh kapasitas peserta test orang seperti dia. Saat saya wawancara dengan peserta lainnya jawabannya biasa biasa saja seperti: saya akan coba menerima hal itu, saya mungkin bisa jajan di luar, saya akan usahan menerimanya. Lanjut dengan pertanyaan saya yang kedua: " Jika anda diterima dan anda tinggal di asrama, ternyata kondisi asrama tidak sesuai dengan yang anda bayangkan yaitu kondisi asrama kotor. Bagaimana tanggapan anda menegenai hal ini? " dia menjawab: " saya akan membersihkannya, saya akan sapu lalu saya akan pel " untuk kedua kali saya kaget dengan jawaban peserta test ini. Karena dari jawaban-jawaban pesertra test yang lainnya belum ada dan tidak ada yang seperti ini.

Luar biasa memang peserta yang satu ini. Dari kondisi keluaganya yang tidak jelas, ditinggal ibunya tanpa kabar hingga detik ini. lalu tak lama kemudian Bapaknya meniggal dunia berlanjut ia di asuh oleh neneknya, hidupnyapun pas-pasan bahkan kurang mampu, tapi mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh teman-teman peserta test yang lainnya. Tentunya hal ini merupakan pelajaran nyata bagi saya. Jangan menilai orang dari luarnya saja. sebenarnya saya sudah tahu teori ini tapi jarang sekali menemukan kejadiannya. Dan kejadian inilah yang mempertemukan anatara teori dengan faktanya.

Proses rekrutmen di Bondowoso selesai dan sudah ada hasil-hasil yang lulus dan selanjutnya akan berlatih di BBPLK Cevest Bekasi Semoga yang terbaik bagi mereka aamiin. Agenda selanjutnya kami kembali ke hotel karena hari sudah sore, sekaligus mempersiapkan untuk kepulangan esok hari.

Alun Alun Bondowoso


Hotel Penginapan

Hari ini hari terakhir di Bondowso, Kami pamit dengan Kepala BLK, Wakil Sekda dan Kepala Dinas terkait. kami di bawakan oleh-oleh khas Bondowoso yaitu tape singkong. Usai pamit, Kami pulang langsung tanpa transit ke bandara Djuanda .




Bandara Udara Notohadinegoro Jember  




nb: cerita yang berkaitan dengan gerbong maut Bondowoso


Kisah Nyata Gerbong Maut Versi Pak Singgih (nama penulis dan blog sama, bukan berarti orang yang sama, malainkan sama namanya)

nfobondowoso.tumblr.com

KISAH NYATA PERISTIWA GERBONG MAUT
( 23 NOPEMBER 1947 )



Dalam tahun 1947 saya menjadi pelatih silat – pencak B.P.R.I Bondowoso,waktu tanggal 21 juli 1947 Jam 4 sore kebetulan melatih anggota – angota dengan Takiari maka saya mendengar bahwa tentara Berlanda sudah ada di Prajekan, selanjutnya kabar itu saya beritahukan kepada angota –angota untuk bersiap menghadapi tentara belanda kalu mungkin masuk ke Bondowoso

Tanggal 21 juli 1947 tentara Belanda datang dari arah timur dari Prajekan semua Trip dan N.B. masuk ke desa Mandiro utara bondowoso diwaktu itu pimpinan N.B masih dipegang bapak Tjipto yang sekarang ada di Jakarta lalu ada salah satu dari anggota N.B. menyerahkan 3 peti isi peluru kepada saya kemudian saya simpan bersama dengan saudara Armidin desa Karanganyar.

Waktu itu saya terima juga vikers dari saudara Suwadi yang sekarang menjabat sebagai kapten di Bali, saudara Armidin juga menerima 1 pistol dari kawan kawan pedagang untuk dipegang kalu mungkin malam malam ada apa apa
Di waktu itu karena kawan – kawan menyebar di seluruh jurusan, maka setiap malam kami adakan serbuan ke kantor V.D.N.B. Kebetulan sekali kami mempunyai titipan peluru jadi dapat kami gunakan peluru tersebut.

Tangal 9 September 1947 istri saya mendjemur pakaian di luar rumah tidak mangatakan datangnya Belanda, tahu tahu Belanda sudah masuk di dalam rumah waktu saya menghitung peluru dan akan saya bagi kepada kawan kawan di dalam rumah ada 3 buah senjata karabian dan 2 pistol titipan dari kawan kawan tahu tahu Belanda sudah ada di belakang saya dan berklata : “ angkat Tangan “ lalu saya bewrdiri sambil angkat tangan dan Belanda bertanya “ Apa ini ?” aya menjawab “ ini senjata saya. Dapat di halaman rumah saya dan maksud saya akan saya serahkan kepada belanda..”
Belanda :” Bagus, kalau begitu saya bawa saja “
Saya menjawab :” Baik tuan “
Soenjoto (mata mata Belanda) :” Djangan tuan, Bondowoso yang bernama Singgih ya ini orangnya, memang gledaber ini orang, ayo dibawa ini orangnya”
Belanda :” O begitu, ayo Singgih ikut saya sekarang dan senjata senjata ini dibawa sekarang”

Sesampainya di Kantor karesidenan saya tidak dibawa ke kantor tapi dibawa ke rumah dekat kantor karesidenan dan dimasukkan di dalam WC selama 7 hari dan ditahan di WC tersebut. Dan untung juga waktu itu Babu (pembantu) juga kasihan kepada saya, kalau sore dan pagi diberi kopi dengan segelas Tjus.
Selama 7 hari karena istri saya khawatir kalau saya dibunuh maka istri saya punya akal, rumah saya dibakar habis kemudian pagi pagi saya di keluarkan dari WC dan dimasukkan ke dalam penjara. Didalam penjara sudah banyak kawan kawan di sana karena sudah ditangkap lebih dulu.

Tanggal 22 Nopember 1947 hari Minggu kami 98 orang yang sudah didaftar dapat pindah dan akan diterima di Surabaya. Sekitar pagi jam 7 dibolehkan karena ditepi jalan banyak keluarga yang melihat menjelang berangkatnya orang orang.
Pada tanggal 23 nopember 1947 tahu tahu jam 2 malam dibangunkan di suruh berpakaian dan antri di luar kamar kemudian dipangil satu persatu kemudian dapat tambahan dari tahanan V.D.N.B 2 orang menjadi 100 orang.
Jam 5 pagi berangkat ke stasiun bondowoso, di stasiun sudah tersedia 3 gerbong. Gerbong kesatu terdiri 28 orang , gerbong ini gerbong kecilm, gerbong kedua terdiri 34 orang dan merupakan gerbong agak besar, gerbong ketiga 38 orang dan ini adalah gerbong besar atau disebut gerobak gajah.

Waktu masuk ke dalam gerbong kebetulan saya melihat jam stasiun jam 5 pagi,. Setelah sudah masuk gerbong tidak langsung diberangkatkan karena masih menunggu kereta dari Situbondo, jam 8 pagi baru dating kereta dari Situbondo kemudian diberangkatkan. Didalam kereta saya merasakan panas apalagi ada kawan – kawan yang mengeluh pusing, sesampainmya di kalisat saya mendengar gedoran gedoran dari gerbong ketiga memberitahukan gerbong kedua bahwa sudah ada kawan kawan yang mati kurang lebih 6 orang lalu memberi tahu gerbong kesatu jadi terang bahwa sampai di kalisat sudah ada yang mati.

Dari itu saya usaha jangan sampai ada terjadi demikian maka saya dengan tangan besi kepada kawan kawan yang merokok saya pukul agar pakaian yang melekat dibadannya dibuka lalu diikat diatas atap agar supaya kalu kereta jalan dapat bergerak seperti kipas dan duduknya saya atur supaya menghadap ke kanan dank e kiri, jadi tidak ke muka dan ke belakang. Maksudnya kalau jalan hanya gerak mangguk mangguk jadi tidak ada ke kanan ke kiri agar tidak pusing kepalanya.
Di stasiun Djember kurang lebih satu setengah jam lamanya dan kawan kawan sudah mulai menggedor gedor minta air dan minta gerbong dibuka. Saya dengar dijdawab disini kita ada air sambil pintu dirapatkan lagi.
Didalam perjdalanan kebetulan sekali melewati daerah yang waktu itu hujan kira kira diantaranya Djatiroito Klakah maka saya memberitahu kepada kawan kawan semua harap buka baju dan dadanya saja suruh menempelkan di dinding kereta karena dinding kereta tersebut basah jadi kawan kawan semua menempelkan dada di dinding dari itu kawan kawan dapat rasa dingin sedikit.

Di Stasiun Probolinggo rupanya kawan kawan yang ada di gerbong ketiga sudah tidak begitu keras suaranya buktinya hanya suara minta tolong sambil berkata “ Tuan minta tolong air dan angina karena sudah banyak yang mati. Jawab dari Luar “ Bijar mati semua badjingan badjingan ini “. Waktu saya dengar suara begitu juga digerbong saya nomer satu juga sudah banyak kawan kawan yang tidak bergerak sama sekali lalu saya memberitahu kepada kawan kawan yaitu satu satunya pendukung yang paling baik yaitu marilah mohon poerlindungan kepada Tuhan yang Maha Esa dalam ajarannya kalau ajaranya agama Islam, kalau Kristen ya ajaranya Kristen, rupa rupanya kawan kawan setuju,. Di dalam perjalanan sya tetap menjaga kawan kawan yang sudah tidak dapat bergerak karena itu waktu saya sendiri tidak terasa apa apa dan tetap di luar gerbong dan kebetulan waktu itu saya merangkak karena gelap sekali, tangan saya dapat satu rambutan lalu saya kupas saja cuil cuil saja berikan kawan sedikit sedikit saja, saya masukkan dalam mulutnya masing masing, karena kalau saya berikan satu kawan tentu dimakan sendiri djadi lain lainya tidak kebagian, tidak lama saya dengar saudara Slamet karsono merintih merintih begini “ Pak singgih saya mati Pak Singgih “, serentak saya pergi ke suara itu, kebetulan sekali saya waktu itu kentjing lalu saya minumkan saudara Slamet tersebut lalu dia berkata “ Suwon Pak “. Saudara Slamet sekarang menjabat di kementrian social di Djakarta.

Sesampainya di wonokromo gerbong di buka, saya tidak tahu meloncat keluar dari gerbong, tahu tahu diluar sudah dijaga tentara Belanda dengan komplit senjatantya sambil berkata “ Akan lari kamu ?” saya menjawab “ Tidak, Tuyan “. Itu waktu saya lihat jam di stasiun jam 10 malam. Kawan kawan diperintah keluar dari gerbong ada juga merangkak ada yyang sudah tidak dapat jalan terpaksa saya tolong keluar dari gerbong, gerbong kedua terdapat 8 orang yang meninggal, gerbong ketiga semua 38 orang meninggal semua. Kawan kawan yang masih sehat kurang lebih 12 orang diperintah menurunkan yang meninggal, 1 mayat tidak dapat diangkat, 2 orang harus harus orang 8 karena mayat mayat itu ada yang mati duduk, ada yang kakinya gandengan dengan teman sampai ada yang gandengan denganh 3 orang. Selesai diturunkan di peron terdapat sebagai berikut yaitu yang meninggal ada 46 orang, yang sakit ada 12 orang,,yang lemas tidak kuat ada 12 orang,yang segar bugar ada 30 oran jadi jumlah semuanya 100 orang.

Setelah selesai dihitung orang orang yang tidak sakit disuruh mengangkat lagi kedalam truk yang tersedia terus dibawa ke Rumah sakit Karangmenjangan, sesampainya di rumah sakit kami lagi yang menurunkan dan mengangkat ke dalam rumah sakit. Jumlah yang tinggal di rumah sakit menjadi 46 orang sedang yang dirawat keadaan sakit keras 12 orang selainnya dibawa ke kampung Bubutan, sesampainya di bubutan kurang lebih jam 2 malam lalu kami di masukkan di los nomer 6
Sekian kisah njata dari saja.

Jang membuat Kisah njata


…………………………

Nama : Singgih
Tempat Tanggal lahir : Kediri, 03 Mei 1894 (perlu dikoreksi tanggal lahir terhadap tanggal kejadian)
DJabatan : Pensiunan Pertanian Rakyat kabupaten Bondowoso
Tempat : Djalan Olahraga 153 Bondowoso (Arman dhani/Dhani adisiswoyo)

sumber: http://forum.detik.com/kisah-nyata-gerbong-maut-versi-pak-singgih-t628729.html