FARIS RIDWAN SYAHMI

Jumat, 10 Desember 2010

Faris Ridwan Syahmi

Pada hari ini sabtu sekitar 1jam 25 menit di awal hari yang baru bertepatan dengan tanggal 4 Muharram 1432 H. Jika di lihat dari kalender masehi maka bertepatan dengan Hari Jum’at tanggal 10 Desember 2010 jam 19:25 wib di Puskesmas Serang Allhamdulillah telah lahir putra kami yang ke dua dengan berat badan 3,1 kg dan panjang 50 cm. Atas kesepakatan kami (saya dan istri) sepakat memberi nama FARIS RIDWAN SYAHMI. Dari nama tersebut, kami berharap putra kami ini mempunyai Kepandaian (Faris), Keredhaan (Ridwan) dan Bijaksana (Syahmi) lepas dari nama kami ingin putra kami dapat mengaplikasikan nilai-nilai kebenaran sesuai dengan hukum-hukum kebenaran yamg kami anut yaitu ISLAM.

Di kamis malam saya mendapatkan sms dan telpon, yang intinya bahwa istri mulai terasa mules-mules lebih intens dan di pagi harinya, jumat pagi istri mengabarkan sudah ada flak-flak. Sayapun memutuskan hari ini ijin ke Serang (karena istri berada di Serang). Berhubung hari Jum’at maka saya Sholat Jum’at di Pasar Minggu (kediaman orang tuaku/ semoga orang tuaku semakin dapat menangkap hidayah yang Allah berikan padanya, aamiin). Jam dua saya berangkat ke Serang bertepatan dengan istri ke puskesmas dan sampai di Serang (Puskesmas) jam lima sore. Istri saat itu sedang jalan keliling agar memudahkan proses persalinan.


Sekitar jam 7 malam barulah istri merasakan mules yang terasa sangat. Sayapun memanggil bidan serta membopong instri (karena istri sudah tidak kuat jalan sendiri) ke ruang persalinan. Di ruang persalinan ternyata istri sudah pembukaan delapan (pada jam 2.30 siang pembukaan dua). Semua perlengkapan dipersiapkan (belajar dari pengalaman pertama saat melairkan Fikri Irfan Syami) termasuk diri saya sendiri. Karena harapan istri saat melahirkan didampingi oleh sang  suami, begitu pula dengan harapan saya. Apa lagi jika saya bisa membantu langsung persalinan istri. Alhamdulillah hal itu tercapai, saya dapat membantu istri langsung saat persalinan. Yaa saya setidaknya bisa merasakan perjuangan istri saya di saat melahirkan walaupun yang saya rasakan masih jauh lebih ringan di bandingkan dengan istri perjuangan istri saya sendiri saat proses melahirkan. Perjuangan antara hidup dan mati baik ibunya maupun calon bayinya. Begitu sulitnya di saat-saat melahirkan, berapa tenaga yang terkuras, berapa beban pikiran yang harus di emban, kemana konsentrasi harus terfokus (antara, ibu, calon bayi, suami dan Allah) semua berbaur menjadi satu. Sepanjang semuanya di niatkan untuk kebaikan yang di perintahkan oleh agama (Islam) saya yakin itu semua adalah untuk Allah.saya melihat bagaimana proses melahirkan, saat bayi keluar, saat pemutusan tali pusar, saat pendarahan yang terbilang banyak, saat pengambilan ari-ari, saat pensuntikan dua kali dan masih banyak lagi. Itu baru dari sisi ibunya belum dari sisi bayinya saat awal keluarnya, saat pemotongan tali pusar, saat dibersihkan, saat disuntikan dan masih banyak lagi.

Selesai sudah proses persalinan. Lalu kamipun (karena hadir pula disini Ibu istriku, dan adek ipar) mencari makanan untuk makan malam jam sembilan malam kamipun makam malam. Setelah ibu dari istri dan adek ipar pulang, maka kami bertiga disini (saya, istri dan dede kecil) menghabiskan malam disini dengan tidak tidur hingga menjelang pagi. Saya mencari sarapan untuk saya dan istri. Trus membereskan masalah administrasi hingga selesai dan akhirnya pulang ke Bap. Di luar proses persalinan sayapun senag bisa seharian berada di pusat kota serang baik sore, tengah malam, subuh dan pagi hari. Rasanya saat itu kota serang milik kami ( jadi teringat kali pertama dinas di Serang, 5 tahun yang lalu).

Kini babak baru telah datang tentunya dengan tugas-tugas baru yang harus kami hadapi dan kami selesaikan. Semoga saja kami mampu menjalaninya semua dengan sebaik-baiknya tentunya dengan petunjuk dari Allah. SWT.